Tujuan diadakan touring, bukanlah pada tujuannya, tapi perjalanannya.
Touring Blitar Beach bersama Mojopahit Jeep Community - Sebelumnya, Mojopahit Jeep
Community melakukan touring ke Malang, atau lebih tepatnya ke Pantai Balekambang dan Pantai Goa Cina. Kali ini, MJC, mengadakan touring ke Pantai
Tambak Rejo, Blitar, Jawa Timur.
Acara tersebut, dimulai pada hari
Sabtu, 28 Mei 2016, lalu. Sekitar pukul tiga sore, kami berangkat dari
Mojokerto menuju ke arah Blitar. Jadi, rutenya adalah dari
Mojokerto-Kediri-Blitar. Kami berkumpul untuk memberitahukan rute-rute dan
himbauan kalau ada terjadi sesuatu yang menimpa anggota klub. Misalnya, ban
bocor, mesin panas, dan sebagainya. Dan,
pembagian stiker serta bendera klub.
Benar saja, ketika sampai di Kediri,
salah satu mobil anggota klub panas, sehingga kami berhenti semua. Lalu, usai kendala mobil panas, ada lagi
anggota klub yang kunci mobilnya patah, sehingga kami menunggu lebih lama.
Kira-kira kami sampai di Pantai
Tambak Rejo, sekitar pukul sembilan malam. Saya pun mendengar suara deburan
ombak, tanpa babibu, di saat yang lain menyiapkan tenda dan segala macam untuk
tempat beristirahat, saya melangkahkan kaki di atas pasir yang gelap. Mendekati
bibir laut.
Tentunya, saya tidak begitu dekat
dengan laut yang ombaknya terdengar keras dan mencekam itu. Saya hanya duduk di
atas pasir, membiarkan diri teralut dalam damainya malam dengan suara dan angin
laut.
Dalam perjalanan tadi, saya
sempat mencari tahu informasi mengenai Pantai Tambak Rejo, dan mengejutkan
sekali, ternyata 16 Mei lalu, ada tiga orang remaja yang terseret ombak. Beruntungnya,
dua remaja selamat dan satu belum ditemukan. Tentunya, saya sedikit takut
datang ke pantai ini. Tapi keindahan pantai, memiliki daya tarik sendiri untuk
kita selami.
Usai sedikit menikmati pantai,
saya bersama Om saya pergi ke warung yang masih buka di tepi pantai. Membeli
secangkir kopi hitam pekat dan mandi. Berbincang-bincang dengan teman-teman
sesama MJC pula. Lalu, saya tidur di bak belakang mobil. Iya, badan saya
melengkung. Sakit semua, karena hanya beralasan karpet mobil.
Sekitar pukul lima pagi saya
bangun. Apa tidur saya nyenyak? Jelas tidak. Berkali-kali saya terbangun, dan
mengecek smartphone yang ternyata jam
masih menunjukkan jam dua pagi. Ah iya, di sana tidak ada sinyal. Sehingga,
saya tidak bisa berselancar di dunia maya. Maafkan teman-teman, kalian kangen,
ya?
Hal pertama yang saya lakukan
ketika membuka mata adalah mengusap embun di kaca mobil. Rasanya menyenangkan,
lalu saya membuka pintu belakang mobil dan berjalan ke arah pantai yang sudah
sedikit cerah. Ah, indahnya. Seandainya, saya setiap pagi bisa terbangun dan
melihat pemandangan seindah ini.
Saya mengabadikan foto pantai
pagi itu, karena takut siangnya pantai ramai seperti pantai Balekambang. Lalu,
saya mandi dan kembali ke pantai lagi :D. Lalu, penjaga pantai pun memperingatkan
pengunjung pantai.
“Dimohon untuk para orangtua agar
menjaga anak-anaknya. Jangan sampai kejadian Minggu lalu, kembali terulang.
Terus terang, penjaganya ini masih trauma. Seperti minggu lalu, sudah
diingatkan tapi tetap ngeyel.”
Yap, yang dimaksud adalah
kejadian yang saya singgung tadi. Memang air laut sedang pasang, sehingga kami
tidak bisa menikmatinya. Tapi, cukup memandang saja sudah sangat nikmat. Lagi
pula, saya tidak punya niatan untuk mandi air laut. Asin.
Bahkan, ada papan yang bertuliskan larangan-larangan di pantai tersebut, dan ada bendera-bendera merah yang ditancap pada sepanjang bibir pantai. Bendera merah itu merupakan tanda batas, mana pantai yang bisa dilewati dan tidak. Tentunya, untuk keselamatan masing-masing.
Awalnya, saya ingin sarapan mie
gelas sembari melihat ke arah laut. Lagi-lagi, laut! Tapi, namanya lagi di laut
makannya harus hasil dari laut, dong. Maka dari itu, kakak saya mengajak makan sea food. Kami pun pergi ke sebuah
warung, yang tidak jauh dari tepi laut. Di sana banyak sekali pilihan ikan laut
segar. Ada lobster, Ikan Kerapu, Ikan Tuna, ikan kakap merah, dll. Kami memilih
satu porsi lobster dan satunya saya lupa namanya :D.
Di sini, selain bisa menikmati
ikan laut segar, kita juga bisa menikmati laut dari atas kapal motor. Untuk
naik kapal motor, per orang dikenakan biayar Rp. 10.000, saja. Di tengah laut,
kita bisa melihat pulau-pulau dan menikmati ombak yang cukup besar, sehingga
kapal bergoyang-goyang. Mulut saya pun sempat terciprat air laut, yang rasanya
sangat asin. Saya jadi teringat dengan film yang diperankan oleh Chris
Hemsworth berjudul In the Heart of the Sea Dalam film tersebut Chris Hemsworth
dan kawan-kawannya terdampar di tengah laut, tak tahu arah. Mereka kelaparan dan
kehausan. Lalu, saya berpikir kenapa mereka tidak minum air laut saja? Memang
asin, tapi kalau sudah sangat haus, kenapa tidak diminum?
Sekarang, saya tahu alasannya. Air
laut sangat asin, benar-benar seperti minum air garam. Ironi sekali, di sekitar
banyak air, tapi tetap kehausan.
Karena di Pantai Tambak Rejo,
sepi pengunjung, berbeda jauh dengan Pantai Balekambang. Pantai Tambak Rejo,
masih murni sehingga air lautnya pun jernih. Sayangnya, seperti pada
pantai-pantai yang dibuka untuk umum. Pantai Tambak Rejo pun tak luput dari
sampah berserakan. Sayang sekali. Selain tidak enak dipandang, sampah-sampah pun
membuat tidak bersih.
Bapak saya bilang, seharusnya ada
kritik dan saran mengenai hal tersebut. Atau mungkin ada solusi lain, dengan
ditempatkannya tempat sampah di berbagai sudut? Atau larangan untuk tidak
membawa makanan atau minuman di tepi pantai? Mungkin, dikenakan denda jika
membuang sampah sembarangan?
Ya, saya berharap pengunjung pantai ke depannya akan sadar diri, sehingga bisa menjaga kelestarian alam dengan tidak membuang sampah sembarangan.
xoxo,
Wulan K.
Duh... langitnya itu bikin mupeng banget. Kerennnn
ReplyDeletesubhanallahh... ngelihat birunya langit lautan jadi pngen mngunjungi pantai tersebut.
ReplyDeletenatural bnget suasana mbak
Duh jadi kangen ke Tambakrejo, kami suka banget ke sini sebab harga ikan bakar dan asapnya muraah. Bisa buat oleh2 juga.
ReplyDeleteLangitnya biru banget indah, termasuk laut yang ombaknya besar berarti ya
ReplyDelete