Mengintip Wajah Lain Surabaya di Kampung Lawas Maspati - Saya mengenal Kota Surabaya itu sebagai surganya mal-mal yang menjulang ke langit-langit. Kota terbesar kedua setelah Jakarta, kota yang penuh dengan adek-adek pemakai kathok gemes. Tapi, siapa sangka, Surabaya punya wajah lain yang belum pernah saya jumpai.
Kampung Lawas Maspati, di sini saya menemukan wajah lain Surabaya, di tengah-tengah gedung-gedung megah itu.
Usai dari rumah-rumah bersejarah tersebut, (baca: Waroeng Omah Sejarah Soeroboyo ) kami melanjutkan perjalanan ke Kampung Lawas Maspati. Ah, saya baru tahu mengenai kampung lawas ini. Padahal, saya seringkali pergi ke pasar buku bekas di dekat situ.
Kampung Lawas Maspati, di sini saya menemukan wajah lain Surabaya, di tengah-tengah gedung-gedung megah itu.
Usai dari rumah-rumah bersejarah tersebut, (baca: Waroeng Omah Sejarah Soeroboyo ) kami melanjutkan perjalanan ke Kampung Lawas Maspati. Ah, saya baru tahu mengenai kampung lawas ini. Padahal, saya seringkali pergi ke pasar buku bekas di dekat situ.
Sampainya kami di sana, kami disambut oleh orang-orang yang berpakaian
adat. Kepala di tutupi dengan blankon dan bagian pinggul dililit jarik. Sambutan
tak hanya sampai situ. Kami langsung disuguhi oleh pengamen jalanan yang
berkostum hitam. Pengamen jalanan ini memainkan alat berupa kentongan dari bambu dan beberapa alat
lainnya. Mereka pun masih sangat muda bahkan ada yang anak-anak.