[REVIEW] Bitter Sweet Kafe Mojokerto - Pertama kali mendengar Bitter
Sweet Kafe dari Dwi, teman yang saya kenal lewat Instagram Meet beberapa bulan
lalu. Mendengar nama kafe yang menyerupai nama blog ini, membuat saya tertarik
untuk berkunjung ke sana. Yeah, pencarian kafe dengan menu enak di Mojokerto
masih berlanjut, dan saya harap di sinilah hati saya kan berlabuh.
Ke depannya, saya akan terus
update blog mengenai kuliner di Mojokerto. Tentu saja, kuliner yang enak-enak. Kemungkinan,
kalau nggak enak, nggak akan saya tulis di sini. Buat apa? Kalau saya tulis di
sini, nanti malah memperburuk citra mereka. Kasihan, kan.
Bitter Sweet Kafe terletak di Jl.
Raden Wijaya no. 46A Mojokerto. Lebih
tepatnya, lokasinya terletak di sebelah Indomaret pas. Kalau tidak tahu Jl.
Raden Wijaya, itu loh sejalan sama Wong Solo, Rumah Sakit Gatoel, dan Galeri
Indosat.
Masih belum tahu lokasinya?
Punya Smartphone, kan? Ada
koneksi internetnya, kan? Tahu Google Map, kan?
Bangunan Bitter Sweet kafe memiliki
dua lantai, lantai bawah merupakan lokasi meja bar dan ber-Ac. Ada pula
meja-meja dan kursi untuk pengunjung. Interiornya Instagramable banget. Saya sama Dwi berkali-kali mengambil foto di
sana. Lantai dua, saya tidak tahu bagaimana gambarannya, karena tidak sempat
naik ke atas. Maybe, lain kali kalau
saya datang ke sana lagi, yes. Ya,
karena menunya oke, ada kemungkinan saya akan balik ke sana lagi.
Bitter Sweet Kafe memiliki
bangunan yang sempit memanjang, tepat bersebelahan dengan Indomaret. Jadi,
lokasinya berada di sebelah barat warung Wong Solo, sebelah kanan jalan dan pas
sebelah Timur Indomaret.
Saya dan Dwi, cukup lama memilih
menu di sini. Alasannya satu, karena maha? Bukan. Karena menu tidak disertai
dengan foto. Sekadar tulisan biasa. Iya, itulah sebabnya kami harus memilih
dengan teliti, karena baru pertama kali ke sini, jadi takutnya zonk.
Berkali-kali kami melihat akun instagram
Bitter Sweet kafe untuk melihat penampakan dari dessert, minuman atau makanan berat di kafe ini. Tentu saja, tujuan
utama kami adalah untuk di foto. Dwi yang memiliki akun instagram Kuliner
Mojokerto, tentunya ingin tampilan foto makanan yang cakep. Saya juga demikian,
demi penampakan cakep di instagram dan blog.
Akhirnya, kami memilih empat menu
ini:
Makanan:
Ice Cream Pancake (20k)
Ice Cream Pancake ini, menurut
saya porsi jumbo. Karena dalam satu porsi terdapat dua pancake dan dua ice
cream rasa cokelat dan strawberry. Ini sebenarnya pesanan si Dwi, tapi kami
suka gitu bagi-bagi makanan. Dwi satu pancake, saya satu pancake tapi nggak
habis. Mungkin bisa kali ya, porsinya isi satu saja, biar harga lebih murah
juga – xoxo.
Rasanya? Enak kok. Namanya juga
ice cream.
Crispy Meatball Tofu
(16K)
Tahunya yang sebelah kiri bawah ya. xoxo |
Tahu kan, apa itu Tofu? Bukan grup musik Indonesia punya si Uya Kuya tahun 90-an ya. Tapi tofu di sini itu tahu. Awalnya, kami ingin mencoba Banana Split, tetapi karena stok kosong akhirnya, saya lebih memilih Crispy MeatBall Tofu. Jadi, Crispy Meatball Tofu merupakan tahu kotak-kotak yang digoreng sampai kriuk dan di dalamnya terdapat bakso.
Rasanya? Enak. Tapi, saya lebih
suka kalau isinya bakso rasa ikan salmon.
Minuman
Green Tea Latte (20k)
Melihat harga yang tertera untuk
secangkir Greentea Latte ini, tentunya tidak akan zonk-lah. Meskipun kualitas
dari matcha atau greentea-nya lebih unggul dari yang pernah saya cicipi di kafe
Surabaya. Tapi memang benarlah, ada harga ada rupa. Sebelumnya saya mencicipi
matcha seharga pembersih wajah saya, yaitu Rp 30.000-, dan di sini hanya Rp
20.000-,. Jadi, kualitas matcha di sini sama dengan bubuk matcha yang pernah
saya beli.
Untuk rasa, seperti biasa, lebih
dominan susu. Ah, tapi di sini susunya enak.
Coffee Latte (20k)
seharusnya, pegangan cangkirnya sebelah kanan ya. huhu |
Menurut saya, secangkir kopi ala kafe yang enak itu, pembuatannya dengan memakai mesin. Sumpah, saya pernah minum kopi dengan harga lumayan tinggi, malah dikasih kopi sachet. Jangan tanya rasanya, encer kayak air gitu. Jadinya, kemarin saya mencicipi kopi milik Dwi dan memang enak. Asik.
Untuk penyajiannya, agak terasa janggal sih. Cangkirnya tidak senada dan untuk cangkir Greentea latte-nya kenapa cangkir untuk kopi. Saya jadi merasa minum di pinggir jalan. Tapi okelah, mungkin konsepnya seperti itu. Dan ketika kami sudah memesan dan mencatat pesanan, baristanya masih tanya Greentea Latte-nya panas atau dingin, padahal jelas-jelas saya menulisnya Green Tea Latte tanpa embel-embel tulisan ice.
Di sini ada Wi-fi? Ada. Tapi kemarin saya tak sempat coba-coba koneksi wifi di sini. Terlalu sibuk ngobrol dan foto-foto. xoxo.
Akhirnya, saya menemukan kafe
dengan menu yang enak, harga terjangkau tapi nggak murahan. Kapan-kapan mau
ajak Bapak ke sini ah. Beliau belum pernah nyicipin kopi yang buatnya pakai
mesin. Xoxo
xoxo,
Wulan K.
No comments:
Post a Comment