Apa yang Harus Dilakukan Setelah Naskah Diterima Penerbit - Mengirim naskah ke penerbit bukanlah hal yang mudah. Banyak hal yang harus diperhatikan agar penerbit tertarik dengan naskah yang kita ajukan, kemudian mereka mau membacanya. Setelah membaca naskah kita, tentu kita berharap penerbit memiliki ketertarikan untuk menerbitkannya. Nyatanya, setelah naskah diputuskan untuk diterbitkan, prosesnya tidak semudah itu. Sebagai penulis, kita harus turut andil dalam penerbitan itu. Salah satunya adalah dengan ikut mengiklankannya.
Di luar sana banyak sekali artikel bagaimana cara mengirim naskah ke penerbit mayor atau bagaimana cara agar naskah kita diterima atau di-acc penerbit mayor. Namun, saya rasa belum banyak yang menulis apa yang harus dilakukan atau apa yang terjadi setelah naskah di-acc.
Tentunya, artikel ini berdasarkan pengalaman saya dengan salah satu penerbit mayor. Mungkin, penerbit lainnya akan berbeda mekanismenya. Lalu, nantinya akan saya berikan artikel mengenai apa yang harus dilakukan setelah naskah ditolak penerbit mayor di postingan terpisah.
Apa yang Harus Dilakukan Setelah Naskah Diterima Penerbit
1 | Meeting Dengan Penerbit
Sudah pasti setelah menerima email atau pesan masuk bahwa naskah diterima dan akan diterbitkan, maka hal yang pertama dilakukan adalah meeting dengan penerbit. Kamu bisa meeting via zoom, chat, atau bahkan bertemu langsung.
Memangnya, apa yang dibahas ketika meeting? Banyak hal. Seperti mengenai editing, proses terbit, timeline terbit dan semacamnya. Hal-hal tersebut sudah saya sebutkan di poin-poin di bawah ini.
2 | Proses Editing
Ketika proses editing berlangsung, kamu akan sering berkomunikasi dengan editor. Proses editing tidak hanya dilakukan oleh editor saja, pun kamu juga harus melakukannya. Kenapa? Ya, karena kamu penulisnya. Editor hanya mengedit salah ketik, pemilihan kata yang kurang, lalu memberikan saran mengenai kejadian tertentu. Biasanya, editor akan meminta mengubah sedikit ceritamu karena kurang masuk akal dan terlalu menyimpang dari cerita.
Dalam proses editing ini, kamu akan dihadapkan dengan kenyataan bahwa kamu harus memangkas ceritamu.
Alasannya ada dua.
Pertama, karena beberapa adegan tidak penting atau terlalu menyimpang dari ceritamu. Bagaimana mengetahui bahwa adegan itu tidak penting? Caranya adalah melihat apakah ketika adegan itu dihilangkan, cerita akan tetap berjalan dan utuh?
Kedua, alasannya karena untuk memenuhi jumlah halaman buku. Sebagai informasi, tebal tipisnya sebuah buku mempengaruhi harganya. Saya akan membahas mengenai ini di artikel lain, ya.
3 | Revisi
Setelah proses editing, kamu akan mendapatkan revisi dari editor. Sudah saya sebutkan di poin kedua bahwa kemungkinan kamu akan diminta untuk mengubah beberapa hal. Kenapa tidak editor saja yang melakukannya? Jawabannya, karena kamu penulisnya. Kalau editor yang mengubahnya, maka editormu bisa disebut sebagai penulisnya.
Revisi ini juga tidak menutup kemungkinan kamu harus menulis ulang cerita atau mengubah di bagian tertentu. Pada bagian ini sangat berat menurut saya, apalagi harus memangkas dan menulis ulang cerita dan menyelaraskan sampai akhir. Pada fase ini sangat riskan ada cerita bolong dan tidak selaras, untuk itu kamu dan pihak penerbit membutuhkan proofreading.
4 | Layout dan lainnya
Untuk layout akan dikerjakan oleh desainer dari penerbit. Proses layout dilakukan ketika novel sudah selesai editing dan menuju proofreading. Dalam proses layout, ada proses tata letak dalam novel, ilustrasi novel, pembatas buku, dan tidak menutup kemungkinan pada proses ini kamu akan diminta untuk memangkas cerita lagi apabila jumlah kata masih banyak dan menjadikan buku semakin tebal.
Biasanya, proses layout pun berbarengan dengan proses menentukan cover.
Poin ini pun penulis diminta membuatkan blurb. Yaitu sinopsis singkat yang ada di belakang buku. Penulis juga diminta untuk membuat lembar terima kasih dan kata pengantar.
5 | ProofReading
Proofreading tidak hanya dilakukan oleh penulis dan editor saja. Di sebuah penerbit biasanya ada yang bertugas sebagai proofreading. Proofreading pun dilakukan tidak hanya sekali. Kamu bisa melakukannya sampai tiga kali dan sampai benar-benar novel atau bukumu minim typo. Kenapa saya mengatakan “minim” bukan tanpa typo? Karena tidak semua novel atau buku bakalan tidak ada typo. Nyaris semua novel atau buku yang terbit memiliki typo meskipun itu sekadar salah ketik atau bahkan hanya spasi saja.
Dalam proofreading tidak hanya mencari kesalahan dalam penulisan, pun apakah spasinya sudah oke atau tidak.
6 | Menentukan Cover
Untuk cover buku diserahkan pada illustrator. Biasanya, penulis diminta untuk memberikan referensi cover seperti; cover seperti apa yang diinginkan, karakter dalam novel, serta hal-hal penting seperti totem atau hal yang menonjol dalam novel. Illustrator juga akan meminta sedikit cuplikan cerita yang menggambarkan isi novel.
Setelah penulis mengirimkan referensi, ilustrator akan membuatkan sketsa terlebih dahulu. Umumnya, illustrator akan memberikan dua sampai tiga sketsa pilihan. Penulis bisa memberikan masukan untuk sketsa yang diberikan. Apabila sudah sesuai, illustrator melanjutkan dalam pewarnaan cover. Setelah cover diwarnai, akan ada pemilihan lagi. Kali ini, pemilihan cover akan dilemparkan ke media sosial untuk mengadakan voting.
Namun, biasanya keputusan terakhir ada pada penulis. Apakah penulis merasa “sreg” dengan cover yang terpilih atau tidak. Akan tetapi, rata-rata selera penulis akan sama seperti selera kebanyakan pembaca di media sosial.
Dari cover final, maka layouter akan membuatkan pembatas buku dan lainnya.
7 | Tanda Tangan MoU atau Kontrak Penerbitan
Jangan lupa untuk menanyakan kontrak penerbitan atau MoU kepada penerbit. Kamu harus tahu bagaimana bentuk kerja sama dengan penerbit tersebut, berapa persen keuntungan yang kamu dapatkan dan berapa uang muka yang kamu dapatkan juga. Dalam kontrak penerbitan tercatat dengan jelas.
Kamu tidak perlu buru-buru untuk menandatanganinya, baca saja terlebih dahulu agar kamu tidak menyesal nantinya. Biasanya, penerbit akan memberikan contoh MoU terlebih dahulu sebelum dikirim file asli.
Kalau kerja sama yang saya lakukan dengan Gradien Mediatama, mereka mengirim hardcopy ke rumah. Kontrak tersebut ada 4 yakni dua untuk kontrak penerbitan buku fisik dan dua untuk penerbitan buku digital. Dua kontrak tersebut untuk penulis dan juga penerbit. Setelah kamu tanda tangan, kontrak untuk penerbit harus dikirim kembali.
8 | Melakukan Gimik di Media Sosial
Sebagai penulis, kita pun harus melakukan gimik di media sosial. Hal ini bagian dari promosi. Kenapa, sih, penulis juga ikut promosi? Ya, karena kita penulis buku tersebut. Keberhasilan sebuah buku bukan sekadar apakah buku tersebut bagus atau tidak, melainkan bagaimana seorang penulis membranding dirinya dan bagaimana dia menggaet pembaca.
Melakukan gimik di media sosial bertujuan untuk menarik perhatian seseorang yang bukan pembaca kita dan kalau bisa sampai melakukan pembelian.
Kamu bisa melakukan gimik dengan cara membagikan kutipan yang ada di bukumu. Atau kamu bisa bercerita di media sosial, sebenarnya apa sih isi bukumu itu.
9 | Promosi
Sudah saya sebut di atas bahwa penulis pun harus melakukan promosi bukunya. Kamu bisa melakukan di media sosial mana pun. Kamu harus pro-aktif untuk memberitahukan pada followersmu bahwa bukumu segera terbit.
Kalau di Gradien Mediatama, saya diajak untuk live di beberapa platform dan mengadakan wawancara. Pun, saya diajak untuk ikut talkshow. Memang cukup melelahkan untuk introver seperti saya, tetapi hal ini bagus karena bisa membuat saya berkembang lebih baik.
10 | Penjualan
Ketika pre-order dibuka, penulis juga bisa turut andil dalam penjualan. Biasanya, penulis akan mendapatkan harga khusus untuk penjualan jalur penulis. Sehingga, kamu bisa mendapatkan keuntungan lebih. Menurut saya, kamu bisa memanfaatkan hal ini, sebab kamu akan lebih banyak mendapatkan keuntungan.
11 | Bukti Terbit
Setelah pre-order, kamu akan mendapatkan bukti terbit. Tentu saja, setelah itu akan ada informasi bahwa bukumu sudah tersebar di seluruh toko buku Indonesia. Setelah bukti terbit, biasanya kamu juga dapat uang muka.
Setelah buku terbit bagaimana? Sudah jelas kamu bisa terus mempromosikan bukumu. Lalu, kamu tinggal mendapatkan informasi penjualan.
Nah, itu dia hal yang harus dilakukan ketika naskah sudah diterima oleh penerbit mayor.
No comments:
Post a Comment